Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika sering juga disebut Konferensi
Bandung yaitu sebuah konferensi tingkat tinggi antara negara-negara Asia
dan Afrika, yang kebanyakan baru saja memperoleh kemerdekaan. KTT ini
diselenggarakan oleh Indonesia, Myanmar, Sri Lanka, India, dan Pakistan
dan dikoordinasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Roeslan Abdulgani.
Pertemuan ini berlangsung antara 18 April-24 April 1955 di Gedung
Merdeka, Bandung, Indonesia dengan tujuan mempromosikan kerja sama
ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan kolonialisme atau
neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis
lainnya. (www.slideshare.net)
Gagasan
untuk menyelenggarakan konferensi Asia Afrika muncul pertama kali dalam
konferensi Colombo pada tanggal 28 April – 2 Mei 1954 di Kolombo, Sri
Langka. Salah satu faktor yang melatarbelakangi diselenggarakannya KAA
adalah suasana meningkatnya perjuangan bangsa-bangsa terjajah untuk
memperoleh kemerdekaannya pada masa pasca perang dunia II terutama untuk
negara-negara di kawasan Asia-Afrika. (www.id.shvoong.com)
Dan juga KAA diselenggarakan sebagai tawaran alternatif non-militer
terhadap dua tokoh yang saling berseteru saat perang dingin terjadi
yaitu Uni Sovyet dan Amerika Serikat. (Abdulgani, 1985;313)
Dalam
Konferensi Asia Afrika itu juga dicetuskan suatu pandangan mendasar
yang digunakan untuk meredakan perang dingin. Pandangan dasar itu adalah
pandangan non-konfrontatif dimana pandangan tersebut mengutamakan
toleransi terhadap pandangan hidup satu sama lain. Jiwa toleransi dalam
artikel Abdulgani adalah jiwa “live-and-let-live.” Jiwa “hidup berdampingan secara damai.” Jiwa “peaceful co-existence,”
yang mecakup prinsip saling menghargai terhadap integritas dan
kedaulatan. Jiwa toleransi ini juga sudah hidup di kalangan
negara-negara Asia-Afrika, baik yang komunis maupun yang non-komunis
ditingkatkan menjadi Dasasila, yaitu “The Ten Bandung Principles on the Promotion of World Peace and Cooperation.” (Abdulgani, 1985;313)
Arti Strategis KAA 1955 Bagi Politik Luar Negeri RI
Konferensi
Asia Afrika yang diselenggarakan di Bandung pada tanggal 18 sampai
dengan 24 April 1955 mencapai kesuksesan besar, baik dalam mempersatukan
sikap dan menyusun pedoman kerja sama di antara bangsa-bangsa Asia
Afrika maupun dalam ikut serta membantu terciptanya ketertiban dan
perdamaian dunia. Selain itu, KAA sendiri membawa dampak yang positif
bagi politik luar negeri Indonesia itu sendiri. Prestise politik luar
negeri Indonesia menaik, nama Indonesia di kalangan mancanegara menanjak
khususnya di Benua Asia dan Afrika. Indonesia sebagai tuan rumah
penyelenggara KAA menyelenggarakan KAA dengan baik, dapat mengatasi
segala macam kesulitan, serta dapat menciptakan suasana politik
sosial-budaya, keramahtamahan dan antusiasme rakyat yang sangat
mengesankan para delegasi. (Abdulgani, 1985;319)
Pengaruh KAA Terhadap Situasi Internasional
Konferensi
Bandung sendiri juga mengilhami negara-negara di Asia-Afrika untuk
berubah. Contohnya Mesir yang dalam periode ini terjadi tindakan Mesir
yang menasionalisasi Terusan Suez secara sepihak. Tindakan Mesir
tersebut terjadi saat Indonesia membatalkan Perjanjian KMB secara
sepihak juga. Maka dari itu, tidak berlebihan juga apabila Semangat
Bandung dan politik Indonesia mengilhami Mesir untuk mempercepat
dekolonisasinya dari ikatan kolonialisme Inggris dan dari modal
internasional. Masalah ini dibawa oleh Inggris dan Dunia Barat ke forum
Konferensi London tahun 1966 tentang Terusan Suez.
Kehadiran dan peranan Indonesia dan Konferensi London itu mencerminkan
solidaritas Indonesia terhadap masalah yang dihadapi Mesir, terutama
bersama-sama dengan India dan Srilangka. (Abdulgani, 1985;320) Selain
itu juga, perjuangan bangsa-bangsa Asia-Afrika untuk mencapai
kemerdekaan semakin meningkat. Hal ini tampak dengan meningkatnya jumlah
negara-negara Asia-Afrika yang merdeka setelah tahun 1955. (www.deplu.go.id)
Arti Strategis Peringatan 50 Tahun KAA Pada 2005 Bagi Politik Luar Negeri RI
Peringatan
50 tahun Konferensi Asia Afrika dilangsungkan di Jakarta dan Bandung
pada 21-24 April 2005. Peringatan itu dihadiri beberapa pemimpin negara
berkembang di benua Asia dan Afrika. Agenda dari pertemuan yang disebut
dengan Konferensi Asia Afrika 2005 ini adalah mereaktualisasi semangat
KAA 1955. Tidak dapat dipungkiri bahwa KTT yang diselenggarakan pada
tahun 1955 sangat berbeda dengan KTT yang diselenggarakan tahun 2005.
Masih banyak hal yang perlu direfleksikan lebih lanjut agar tujuan KTT
1955 itu sendiri dapat tercapai dengan maksimal. Dalam peringatan 50
tahun KAA disepakati pembentukan New Asian African Strategic Partnership (NAASP).
Isinya secara teknis merupakan koreksi atas KAA 1955 yang tak disertai
dengan mekanisme kerja sama. Oleh sebab itu, dalam NAASP ini,
prinsip-prinsip dasar kemitraan strategis akan dilengkapi dengan
mekanisme kerja sama yang lebih jelas, terarah, dan terukur. Sedangkan
secara politis, NAASP memuat penajaman soal tujuan, sasaran, dan
substansi kerja sama yang mencakup aspek politik, ekonomi, dan sosial
budaya. Melalui NAASP ini, diharapkan beberapa masalah seperti
penghapusan utang dan kemiskinan, peningkatan pasar dan investasi, serta
minimalisasi dampak negatif globalisasi bisa dituntaskan bersama.
Sehingga akan lahir Asia dan Afrika baru. (www.gatra.com)
Selain itu pula, arti penting pelaksanaan peringatan 50 tahun KAA bagi
Indonesia adalah meningkatkan kepeloporan RI di dunia internasional
karena untuk maju maka Indonesia perlu memainkan kepeloporan itu. Selain
menjadi tanggung jawab bersama untuk menciptakan kawasan Asia Afrika
yang lebih baik. (www.suarapembaruan.com)
Kesimpulan
Konferensi
Asia Afrika yang diselenggarakan di Bandung mencapai kesuksesan besar,
baik dalam mempersatukan sikap dan menyusun pedoman kerja sama di antara
bangsa-bangsa Asia Afrika maupun dalam ikut serta membantu terciptanya
ketertiban dan perdamaian dunia. Indonesia sebagai tuan rumah
penyelenggara KAA menyelenggarakan KAA dengan baik, dapat mengatasi
segala macam kesulitan, serta dapat menciotakan suasana politik
sosial-budaya, keramahtamahan dan antusiasme rakyat yang sangat
mengesankan para delegasi. Semangat Bandung dan politik Indonesia
mengilhami Mesir untuk mempercepat dekolonisasinya dari ikatan
kolonialisme Inggris dan dari modal internasional. arti penting
pelaksanaan peringatan 50 tahun KAA bagi Indonesia adalah meningkatkan
kepeloporan RI di dunia internasional karena untuk maju maka Indonesia
perlu memainkan kepeloporan itu. Selain menjadi tanggung jawab bersama
untuk menciptakan kawasan Asia Afrika yang lebih baik.
sumber : http://internationalholic.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar